Sabtu, 01 Desember 2018

Pembelajaran Pogil

           





Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) adalah metode yang menekankan pada komponen proses dan komponen isi dari pembelajaran. Komponen proses mencakup beberapa aspek bagaimana menerima, mengaplikasikan, dan menghasilkan pengetahuan. Komponen isi adalah struktur dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Hanson (2006) membuktikan bahwa dalam metode POGIL siswa berguru secara berkelompok dalam program yang dirancang untuk meningkatkan penguasaan isi dari mata pelajaran dan mengembangkan kemampuan dalam proses belajar, berpikir, merampungkan masalah, berkomunikasi, kerja kelompok, managemen dan evaluasi. Barthlow (2011) menyatakan bahwa program dalam POGIL fokus pada konsep isi dan proses sains untuk mendorong pemahaman yang dalam terhadap materi serta mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. 

Pembelajaran POGIL dilakukan oleh siswa dalam kelompok. Kerja kelompok mempersembahkan peluang kepada siswa untuk mengembangkan interaksi sosial (Bilgin 2009). Kerja kelompok memungkinkan siswa saling mengisi belum sempurnanya masing-masing. Komponen proses ditekankan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam memahami materi pelajaran. Kegiatan-kegiatan dalam POGIL dirancang dalam proses pembelajaran inquiry yang terbimbing. Inquiry adalah proses pembelajaran dimana siswa mengeksplorasi seluruh sumber daya yang ada untuk memperoleh pemahaman. Metode inquiry menjadikan siswa memahami perihal kemampuan dan potensi yang dimilikinya (Brickman et al 2009).

 Inquiry terbimbing adalah program inquiry yang dibimbing oleh guru untuk mengatur alur berpikir siswa dalam menemukan konsep. Bimbingan sanggup berupa isyarat langsung maupun dalam bentuk tertulis melalui pertanyaan dan penugasan. Bilgin (2009) menyatakan bahwa metode inquiry terbimbing yang menghubungkan konsep dan diskusi mempersembahkan pembelajaran penuh makna kepada siswa. Metode inquiry terbimbing terbukti berpengaruh paling baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dibandingkan dengan metode tradisional (Tindangen 2007).

Kegiatan berguru dalam POGIL terancang dalam suatu siklus pembelajaran. Hanson (2006) menyatakan bahwa siklus pembelajaran dalam POGIL terdiri atas tiga tahap yaitu: eksplorasi, penemuan konsep atau formasi, dan aplikasi. Dalam tahap eksplorasi siswa akan menjawabanan guaka macam macam pertanyaan untuk mengembangkan pemahaman terhadap suatu konsep. Pada tahap penemuan konsep, guru sebagai fasilitator pembelajaran mempersembahkan menolongan kepada siswa untuk menemukan konsep. Konsep tidak dididiberikan secara eksplisit, namun guru mendorong dan memacu siswa untuk sanggup membuat kesimpulan dan membuat prediksi. Dalam tahap aplikasi, siswa dipandu menggunakan pengetahuan baru yang sudah diperolehnya untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Dalam tahap aplikasi siswa dihadapkan dengan soal-soal yang memiliki tingkatan tinggi yang membutuhkan analisis mendalam untuk sanggup menjawabanannya. Tahap tamat pembelajaran adalah penilaian diri, siswa mengevaluasi  performa belajarnya, apa yang sudah diperoleh dan apa yang belum diperoleh untuk sanggup meningkatkan kemampuannya pada peluang didiberikutnya. Evaluasi diri adalah salah satu indikator berkembangnya kemampuan metakognisi siswa.


Daftar Pustaka:
Brickman P, C Gormally, N Amstrong & B Hallar. 2009. Effects of inquiry-based learning on students science literacy skills and confidence. Inter J Scholar Teach & Learn 3(2): 1-22.
Barthlow MJ. 2011. The Effectiveness of process guided inquiry learning to reduce alternate conception in secondary chemistry (Disertasi). Lynchburg:Liberty University.
Bilgin I. 2009. The effects of guided inquiry instruction incorporating a cooperative learning approach on university students’  achievement of acid and bases concepts and attitude toward guided inquiry instruction. Sci Res & Essay 4(10): 1038-1046.
Hanson DM. 2006. Instructor's Guide to Process-Oriented Guided-Inquiry Learning. Lisle:Pacific Crest.
Tindangen M. 2007. Implementasi strategi inquiry biologi dan SMP serta pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi. Didaktika 8(2): 147-155.
           

0 komentar

Posting Komentar